Ibu Kaya Singa!

The ‘Terrible Twos’ just a warm-up for The ‘Terrorist Threes’

Who’s with me?! 😆

Rey uda 3 tahun? heeeem  sebentar lagi, insya Allah. Tapi aku amati semenjak 2 tahun 8 bulan kesini kelakukannya bikin emaknya banyak-banyak istighfar biar ga jedotin kepala ke tembok. Sebenernya sih Rey ini tergolong anak yang kooperatif, cuma entah kenapa aku amati di usia-usia ini dia cukup ‘reaktif’ dan lebih pandai berdebat. Seolah-olah dia tau jalan pikiran kita, tau kemana ‘arahnya’ kita jadi dia bisa ‘belok-belokin’ dan bikin kita orang tua jambak-jambak rambut karena stres *ketawa sambil mewek*.

Satu sisi aku seneng sih, pikiran dia uda makin berkembang. Bukan lagi bayi yang diarahkan A maka dia akan A. Dia akan bernegosiasi dan ‘challenge’  kita kenapa harus begitu? kenapa ga begini? alesannya apa? oh ga make sense buat aku jadi aku ga mau, dll. Di titik begini kadang aku langsung pengen kuliah psikologi anak dengan sistem SKS deh, atau nelen buku tentang parenting *lelaaah*.

Setelah bimbang kesana-kemari mencari tau kenapa dan harus bagaimana, berjuang menghadapi emosi yang ditahan biar ga meledak dan berdampak buruk ke Rey. Akhirnya aku baca-baca artikelnya Wening tentang Komunikasi Produktif. Sepertinya ini loh PR aku, ngomongnya harus gimana? biar Rey paham dan ga makin bikin mamaknya emosi.

‘Ibu kaya SINGA! RAAAAWWWRRRR!!!!’

Jadi suatu hari aku, Rey dan ayahnya lagi jalan-jalan. Tiba-tiba Rey bilang ke ayahnya ‘Ayah Ibu kalo malah kaya cinga! rraaaaawwwwr!’ oh tentunya disambut gelak tawa Ayahnya *rolling eyes*. Kemudian kutanya ke Rey, kenapa kok ngomong gitu? Katanya ‘iya coalnya ibu cuka malah sama An (read : Rey-Han). Bingung mau bereaksi apa , haaaah masa anakku aja bilang aku mirip singa? 😆 .

Flash back ke zaman sebelum Rey lahir. Inget banget dulu aku sama Rafdi bikin kesepakatan siapa yang akan berperan tegas dan siapa yang akan berperan lembut dalam hal membesarkan anak. Harusnya mah kan tegas itu Ayah, lembut itu Ibu. Tapi kan ga setiap orang ideal yekan, jadi kita perannya dibalik 😆 . Rafdi itu memang super lembut dan penuh kasih sayang dibanding Woro yang suka bikin pekara kalo uda urusan sama orang 😆 .

image from here

Segalak-galaknya aku, prinsip yang ku pegang tiap mendisiplinkan Rey adalah : NO sogokan, NO ancaman kosong, dan NO menyakiti badan. Paling susah yang terakhir deh hiks, kadang tanpa sadar walaupun super jarang suka cubit kuping Rey, yah walaupun pura-pura tapi itu bukan pembenaran 😦  dan aku niaaaaaat untuk ga begitu lagi.

Kenapa sih bisa sampai semarah itu?

Sebenernya kalo urusan berantakin mainan, ga mau makan (super jarang karena Rey anaknya doyan makan), telat jam tidur dsb sih yaudalah dibawa santai aja. Paling aku cuap-cuap aja tapi ga marahin Rey. Tapi kalo uda menyangkut menyakiti anak lain, membahayakan dirinya dan orang lain, aku bisa ngamuk besar! Dan akhir-akhir ini korbannya adalah sepupunya sendiri, Ken. Aku paham sih Rey ada di usia yang lagi ekspresif banget. Kalo lagi sayang dan gemes jatohnya elus lama-lama jadi nyubit. Kalo marah lebih-lebih lagi reaksinya, kadang sampai dorong atau mukul. Di daycare pun sering dapet laporan begitu 😦 . Walaupun mostly anak daycare begitu juga, tapi lagi-lagi itu bukan pembenaran.

Disini semakin meruncing sih akar permasalahanya apa, harus gimana. Pertama, aku harus sadar betul Rey itu lagi di tahapan yang super berkembang baik emosi dan pikirannya. Dia lagi ekspresif-ekspresif-nya dengan segala sesuatu di sekitar dia. Pikirannya lagi maju-majunya sampai kadang ga mau diatur-atur lagi atau bahkan mengoreksi kalo kita salah. Kedua, Rey masih bingung bagaimana menghadapi ledakan emosinya sendiri. Kalo lagi seneng banget atau gemes banget harus gimana, kalo lagi marah banget harus gimana. Ketiga, komunikasi yang selama ini aku lakukan ke Rey uda ga efektif lagi. Seiring berkembangnya Rey, komunikasinya harus dirubah. Sususan katanya, flow kalimatnya, cara penyampaiannya dsb. Karena Rey sudah semakin berkembang pikirannya, ketika dia minta adu pendapat harusnya aku ladenin dengan cara baik dan benar.

Seperti kata Rey, aku memang si Ibu Singa! 😆 memang aku akui sih kalo aku super tegas sampai mengarah ke galak. Kalo Rey nangis merengek, aku hampir ga pernah mau meladeni ‘drama’ nya dia. Sampai lama-lama Rey sadar kalo nangis depan Ibu karena begging for something itu percuma. Aku juga super disiplin macem urusan mandi sehari wajib minimal 2 kali, sikat gigi sebelum tidur dan cuci tangan kalo abis dari luar rumah. Seeeeeeeemales-malesnya dia akan kugotong ke kamar mandi, tentunya dengan back sound rengekan meminta pertolongan Ayahnya. Nah karena akhir-akhir ini dia suka bikin ‘pekara’ sama anak lain, maka makanan sehari-hari dia adalah meminta maaf.

Aku sendiri bukan tipe orang yang suka menggampangkan meminta maaf. Buat aku minta maaf itu bukan cuma sebuah prosesi wajib setelah kita melakukan kesalahan. Meminta maaf itu harus dari hati, karena merasa sadar sudah berbuat salah dan berjanji ke diri sendiri untuk tidak mengulangi. Kadang kalo lagi kejadian Rey abis mukul Ken, pertama-tama aku time-out dia. Entah di kamar atau kubiarin sendirian yang agak jauh dari aku. Biasanya dia akan nangis meraung-raung karena dia tau aku marah besar. Sampai lama-lama dia akan dateng ke aku sambil bilang ‘Ibu aku mau minta maaf’, biasanya aku juga suru dia cek keadaan orang yang dia sakiti biar dia paham minta maafnya buat apa. Diulangi lagi ga? Oh iya masih haha tapi aku yakin hasil tidak akan akan pernah mengkhianati usaha. Karena makin kesinipun aku liat Rey makin paham, kenapa sih mukul itu ga bole even lagi gemes trus kelewatan?

Duh Rey, maafkan Ibu yang kadang kelewat emosi ngadepin kamu. Ibu yakin kamu pinter dan cepet paham sama aturan-aturan yang biasa ibu terapin. Belajar kalau di dunia ini ada aturannya, ada boleh dan tidak. Sama-sama kita belajar gimana cara ngomong yang efektif ke kamu dan kamu juga belajar memahami maksud ucapan ibu. Hoiya, pernah juga suatu malam setelah ‘perdebatan’ hebat dengan Rey dan sebelum tidur dia bilang

‘Ibu kalo malah kaya cinga, tapi An cayang Ibu muwaaaah’.

Thanks Rey 🙂 .

 

6 thoughts on “Ibu Kaya Singa!

Leave a comment